HIASI HIDUP DAN KEHIDUPAN KITA DENGAN AMAL ILMIAH DAN ILMU AMALIAH

Kamis, 28 Oktober 2010

Benang Merah Kepemimpinan Al-Idrisiyyah & Sanusiyyah

Ceramah: Syeikh Fathurrahman,M.Ag
Pengajian: Hari Ahad, 24 OKtober 2010 Batu Tulis - Jakarta Pusat 
بِِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ.
اَلْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ, وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىٰ مَنْ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ, وَعَلىٰ ألِهِ وَصَحْبِه وَمَنْ وَالَاهُ, أَمَّا بَعْدُ: فَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِيْ مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِيْ مُخْرَجَ صِدْقٍ وَّاجْعَلْ لِيْ مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَّصِيْرًا. وَقُلْ جَآءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا. قال الله تعالى في كتابه الكريم: اُدْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Alhamdulillah pengajian malam dan hari Ahad di Jakarta telah berjalan.
Untuk pergerakan Al-Idrisiyyah ke depan akan dipersiapkan pedoman dakwahnya, sebagai panduan yang jelas. Untuk sementara ini berjalan secara bertahap.
Ini merupakan adaptasi dari kebijakan Guru-guru kita sebelumnya. Kita punya tugas yang berat secara internal dan eksternal. Keduanya mesti serasi berjalan. Ke dalam mesti ada peningkatan ilmu dan amaliyyah. Apa yang disampaikan walaupun dalam kerangka ceramah, bukan dalam bentuk tulisan yang berkerangka sistematis.
Apa yang disampaikan Guru-guru terdahulu substansinya telah disampaikan.
Ada buku Al-Harakatus Sanusiyyah, sebuah disertasi seorang cendekiawan muslim bernama Dr. Shalabi yang mencermati sepak terjang pergerakan Sanusiyyah pada masa dahulu.
4 aspek yang beli ia cermati dari pergerakan Sanusiyyah adalah:
1.       Fikrah Dakwah (pemikiran dakwah)nya,
2.       Fikrah Tarbawiyyah (pendidikan) dalam membina umat,
3.       Fkrah Iqtishadiyyah (ekonomi umat),
4.       Fikrah As-Siyasah al-Islamiyyah (Pergerakan politik Islam).
 Pada pengajian kali ini akan disinggung sedikit demi sedikit program dan sepak terjang kepemimpinan Guru-guru kita terdahulu, agar terlihat jelas benang merah kepemimpinan Ilahiyyah yang dahulu dengan program kebijakan saat ini.
Ada beberapa kebijakan baru pada era kepemimpian Al-Idrisiyyah saat ini yang dilihat seperti berbeda dengan kebijakan pimpinan sebelumnya. Sehingga timbul banyak penilaian (baik terlontar dari ucapannya maupun tidak) dari berbagai pihak khususnya murid-murid yang telah lama mengiringi perjalanan Tarekat Idrisiyyah sebelumya,
Sebagai contoh: ada anggapan bahwa Syekh yang sekarang ini tidak berani berdzikir berdiri di tempat umum saat ini. Bukan masalah berani atau bukan, tapi kaitannya dengan program ke depan yang Allah arahkan (bimbing) kepada kita.
Memang setiap kepemimpinan baru itu mempunyai kebijakan yang baru pula. Pada masa peralihannya akan mengalami masa pra kondisi kepada program yang diusung. Termasuk pola kepemimpinan Al-Idrisiyyah sekarang ini. Kalau untuk menjelaskannya apa dan mengapa, penjelasannya akan memakan banyak waktu. Bisa berhari-hari untuk menjelaskannya. Cukuplah bagi seorang murid untuk berprinsip dan berkeyakinan bahwa Guru itu dibimbing (mendapatkan petunjuk) dari Allah.
Karena memerlukan waktu yang tidak singkat untuk membahas kaitan perjuangan Guru-guru terdahulu hingga saat ini maka kewajiban murid sekarang ini adalah setiap minggu bermuwajahah dengan Gurunya (hadir mengaji). Saking banyaknya ilmu dan wawasan yang ingin yang disampaikan.
Kunci resep sebagai murid adalah berkeyakinan bahwa bimbingan yang lurus senantiasa terlimpah atas Gurunya. Kalau secara pribadi seorang Guru merasa kurang (terbatas) ilmunya apalagi seorang murid. Lalu bagaimana seorang murid bisa mengukur kedalaman ilmu Gurunya, bagaimana bisa seorang Guru Mursyid mengukur ilmunya Rasulullah, atau bagaimana bisa Rasulullah mengukur Ilmu-Nya Allah?
Seorang murid cukup berpedoman Aamanna, yakni percaya berdasarkan ilmu, dan Aslamnaa (tunduk).
Kadang-kadang pemikiran dan pengalaman seorang murid belum sampai kepada maksud dan hakikat program yang diperintahkan Gurunya. Sehingga ketika seorang murid telah bergabung dengan Syekhnya selama 3 tahun menjelang wafatnya, ia mengalami keraguan ketika ada kebijakan yang dianggapnya berbeda (berubah) dari kebijakan Syekh sebelumnya.
Sebuah hadits mengungkapkan:
أُدَعْ مَا يُرٍيْبَك إِلىَ مَا يُرِيْبُكَ  {رواه النسائي, وقال الترمذي حديث حسن صحيح }
“Tinggalkanlah apa yang meragukanmu kepada yang tidk meragukanmu!”
Kalau ingin melakukan sesuatu ragu-ragu maka apapun tidak akan terwujud, alias tidak jadi. Mau usaha apapun tidak bakal jadi kalau ada keraguan.  
Iblis dan syetan mudah menggoda dan memperdaya manusia dalam 2 hal (kondisi). (Pertama) saat manusia dalam kondisi ragu, di saat itulah styetan menghinggapinya. Orang yang ragu itu tidak seratus persen imannya. Jika seseorang imannya 70%, maka keraguannya 30%. Pada saat iblis dan syetan masuk, maka keraguannya itu bisa bertambah dan keimanannya digerogoti menjadi berkurang persentasenya. Lama kelamaan orang yang ragu ini bisa menjadi orang yang ingkar.
Orang munafik itu bukannya tidak beriman. Mereka beriman, tapi mereka memiliki keraguan dalam hatinya. Keraguannya itu memakan keimanan (kepercayaan)nya kepada Allah dan Rasul-Nya
Allah menjelaskan keadaan mereka dalam Al-Quran:
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَن تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu  pada tingkatan yang paling bawah di neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. (Q.S. An-Nisa: 145)
Kalau ragu-ragu datang ngaji-nya belakangan, pulangnya duluan. Maka ilmunya bagaimana bisa banyak. Lain halnya dengan yang mantap keimanannya. Mau mengaji pada hari Ahad, sebelumnya sudah dipersiapkan, lalu berangkat segera dari rumah dan sampai di majelis pada awal waktu, pulangnya belakangan. Kalau yang demikian tentu ilmu dan amal yang ia dapatkan berbeda dari golongan yang pertama.
Iblis mudah memperdaya orang yang ragu seperti anak kecil mempermainkan bonekanya. Mau di kemanakan boneka itu oleh si anak ia bisa melakukannya. Mau ditaruh, dilempar ke mana saja ia bisa melakukannya dengan suka cita. Bonekanya ibarat orang yang ragu, sedangkan anak kecil itu bagaikan syetan yang memperdayanya. Maka orang yang ragu bisa dipermainkan syetan dengan mudahnya.
(Kedua) Dalam kondisi marah. Iblis atau syetan mudah menaklukkan manusia di kala marah.
Ketika marah, seseorang tidak mampu menguasainya. Begitu saat kita ragu. Seseorang tidak mampu menguasai dirinya sendiri. Masuklah syetan dan iblis dalam jiwanya, karena pada kondisi tersebut diri kita tidak dalam penguasaan kita seratus persen. Bahkan adakalanya seseorang di kala marah dirinya tidak terkendali seratus persen. Yang menguasai dirinya adalah iblis / syetan seratus persen. Oleh karenanya pada saat kita ragu, buanglah keraguan itu, datangkanlah keyakinan penuh.
Maka kunci bagi umat dan murid cukup simple (sederhana), yaitu: أمنا Aamannaa (kami beriman tanpa ada keraguan), أسلمنا Aslamnaa (kami tunduk). Ilmu dan pemahamannya belakangan, menyusul kemudian. Setelah ia berpegang atas pedoman tersebut, nanti akan berjalanlah pemahaman itu menghampirinya. Baik lambat atau cepat.
ditulis oleh: Ust. Luqmana, S.Ag

Tidak ada komentar:

Posting Komentar