HIASI HIDUP DAN KEHIDUPAN KITA DENGAN AMAL ILMIAH DAN ILMU AMALIAH

Sabtu, 27 November 2010

accountabilty dan responsibility

خطبة الأولى
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْوَاحِدُ الْقَـهَّارُ  الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ مُكَوِّرُ اللَّيْلِ عَلَى النَّــهَارِ تَذْكِرَةً  ِلأُولِى الْقُـلُوْبِ  وَاْلأَبْصَارِ وَتَبْصِرَةً  لِذَوِى اْلأَلْبَابِ وَاْلإِعْتِبَارِ اَلَّذِى أَيْقَظَ مَنِ اصْطَفَاهُ. أَشْـهَدُ اَنْ لاَإِلهَ إِ لاَّ اللهُ  وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ . وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَعَلَى الِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. (صَلَوَاتْ عَلَى النَّبِىِّ ص.م) أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تَقْوى فَقَدْ فَازَ الْمُتَّــقُوْنَ .وَقَالَ اللهُ تَعَالَى:  إِنَّ الَّذِيْنَ أمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيْهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيْمَانِهِمْ ... الأية.

Hadirin kaum muslimin Sidang Jum’at, para pecinta Allah, Rasulullah Saw dan para pewaritsnya … !

Puji serta syukur senantiasa terhatur kehadirat yang ghafur, ialah Allah SWT. Dzat yang menggenggam seluruh urusan makhluk-Nya, baik yang terdapat pada kerajaan langit dan bumi.[1] Dzat yang senantiasa melimpahkan karunia rahmat serta maghfiroh-Nya kepada setiap hamba-hamba yang dikehendaki-Nya. Dzat yang mengatur pergantian waktu antara siang dan malam, Dzat yang telah dan senantiasa menjadikan segala sesuatu yang memberikan kemanfaatan yang seluas-lasnya, baik yang tumbuh dari perut bumi, dari diri manusia dan dari sesuatu yang dirahasiakan-Nya. Dzat yang menjadi pusat orientasi kerinduan dan kecintaan bagi setiap hamba yang berharap akan perjumpaan dengan-Nya dan kehidupan negeri akhirat kelak. 

Shalawat teriring salam semoga Allah SWT limpah curah kepada sosok pribadi yang santun dan Bijak yang memancarkan nilai-nilai kebenaran dan kemulyaan, lisannya senantiasa terpelihara dan kepribadiannya senantiasa terjaga, beliau adalah sosok pribadi yang berakhlak Qur’ani ialah Rasulullah Muhammad Saw. Tak lupa pula kepada ahli keluarga tercinta, para sahabat pendamping setia, para khalifah dan pewarits di setiap zamannya dan yang menjadi segenap umatnya … !

Hadirin sidang jum’at rahima kumullah … !

Sebagaimana kita ketahui, bahwa kehidupan dimuka bumi ini adalah merupakan sebahagian diantara serangkaian episode kehidupan yang akan dijalani oleh setiap jiwa diantara umat manusia. Selepas ruh dan jasad ini berpisah, sungguh manusia akan memasuki episode kehidupan lain (memasuki dimensi ruang dan waktu) yang lebih kekal dan tiada berkesudahan “Khalidiina Fiiiha Abadan” .

Setiap jiwa diantara umat manusia tentunya akan dimintakan pertanggung jawaban atas segala sesuatu yang telah Allah SWT amanahkan kepadanya. Apakah sesuai dengan apa yang Allah kehendaki, dan diserukan oleh setiap hamba yang menjadi utusan-Nya.    

Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam sebahagian ayat-Nya;
Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. Q.S. Faathir [35]: 24

Inilah kitab Kami yang menuturkan terhadapmu dengan benar. Sesungguhnya Kami telah menyuruh mencatat apa yang telah kamu kerjakan’. Q.S. al-Jatsiyah [45]: 29

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya’. Q.S. al-Mudatsir [74]: 38

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, ra. Ia berkata: Rasulullah Muhammad Saw berkhutbah dan aku belum pernah mendengar sebelumnya. Rasulullah Muhammad Saw berkata: “Aku diperlihatkan akan surga dan neraka, aku belum pernah melihat keindahan dan keburukan seperti halnya demikian. Sekiranya kamu sekalian mengetahui atas apa yang aku ketahui, tentulah kamu akan lebih sedikit tertawa dan lebih banyak menangis, …

Hadirin Rahima kumullah … maka selepas mendengarkan atas apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad Saw, para sahabat semuanya menutupi wajah mereka dengan kedua telapak tangannya dan terdengarlah jerit serta isak tangis mereka.

Hadirin rahima kumullah … Apa yang disampaikan oleh Rasulullah Muhammad Saw dan setiap khalifah yang menjadi pewaritsnya adalah sesuatu yang hak (benar adanya), karena tidaklah semata-mata atas apa yang ducapkannya itu, melainkan atas izin dan ridlo Allah SWT. pandangannya adalah pandangan Allah SWT dan pendengarannya adalah pendengaran Allah SWT.
Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan. Q.S. an-Najm [53]: 3-4

Hadirin rahima kumullah, …
Maka di penghujung khutbah yang singkat ini, marilah kita bermohon kepada Allah SWT agar supaya senantiasa berada dalam petunjuk, bimbingan, ridlo serta maghfroh-Nya. semoga Allah SWT berkenan untuk dapat menghapus sebesar apapun dari setiap bentuk khilaf, alfa hina dan dosa-dosa yang pernah kita ilakukan. Mudah-mudahan Allah SWT senantiasa berkenan untuk dapat menerima sekecil apapun dari amal kebaikan dan kebaktian kita. Mudah-mudahan kelak dipenghujung usia kita, Allah SWT sempurnakan iman dan islam kita dan digolongkan kedalam kelompok hamba-hamba-Nya yang mendapat kebahagiaan dan keselamatan. Amiin, 

Mudah-mudahan seiring dengan pergantian waktu sehingga tibalah kita di penghujung akhir tahun 2010 ini dan akan memasuki awal tahun 2011 M, kita semakin terampil mengelola sikap hati, lisan dan amal kita. Semakin bertambah sikap Mahabbah wa at-Taslim (keta’atan, ketundukan, serta kepatuhan) kita akan Allah SWT. Lebih terbuka mata hati kita untuk lebih jauh mengenal dan memilih akan kebaikan serta menjaga dan memelihara diri dari setiap bentuk keburukan baik yang tampak ataupun yang tidak tampak. Bertambah kecintaan dan kerinduan kita akan kehidupan negeri akhrat kelak, serta menjadikan kehidupan dunia sebagai media amal, proyek ibadah, pembekalan diri untuk menyongsong kehidupan yang jauh lebih baik dan kekal di dalamnya.  

Sebagaimana Allah SWT firmankan dalam Q.S. An-Nisaa’ [4]: 100
“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya, maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah yang Pengampun lagi Penyayang”.

Hadirin rahima kumullah, ... demikian khutbah singkat yang dapat disampaikan, semoga dapat memberikan manfaat dan menjadi motivasi untuk lebih mempersiapkan diri dalam menyongsong hidup dan kehidupan kita yang di iringi dengan ridlo dan maghfiroh Allah SWT.

بارك الله لى ولكم بالقرآن العظيم









[1] Q.S.  al-Ma’idah, [5]: 17, 18, 40, 120. lihat juga: al-Baqarah [2]: 187, ali Imran [3]: 189,

Perbedaan itu Rahmat?



Perbedaan Itu Rahmat? Perbedaan adalah satu hal yang Sunnatullah. Tetapi apakah perbedaan itu suatu hal yang harus dipertahankan. Pada kenyataannya perbedaan kerap kali menimbulkan gejolak di tengah kehidupan manusia bahkan menimbulkan bencana lebih besar yang menyebabkan kerugian tidak sedikit, baik moril maupun materil. Demikian juga dengan kita umat Islam, perbedaan-perbedaan tampak begitu mencolok, sehingga menimbulkan sikap-sikap konfrontatif antar sesama umat Islam, sikap-sikap egois yang berlebihan, membuat perpecahan begitu terasa.

Islam yang kita terima hingga detik ini adalah Islam hasil pecah belah, sejarah telah mencatat bahkan selama 1500 tahun sejak ditinggalkan oleh Nabi Muhammad Saw. Perpecahan itu sebetulnya sudah terjadi di kalangan pada sahabat, sehingga generasi-generasi berikutnya mengalami krisis perbedaan mengakibatkan pecah belahnya umat ini.

beberapa hal yang menjadi pemicu perpecahan di kalangan umat Islam:
1.         Krisis Leadership (kepemimpinan) umat Islam saat ini tidak mengetahui dengan pasti siapa yang menjadi pemimpinnya yang memiliki peran ganti setelah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Padahal Al-Quran telah menginformasikan bahwa tugas kepemimpinan atau Kerasulan terhenti hingga akhir zaman, al-Hadits-pun demikian. Isyarat tentang adanya kepemimpinan Islam yang merupakan kebijakan Birokrasi Ilahiyyah serta tentang bukti-bukti adanya kepemimpinan begitu banyak, akan tetapi umat Islam seakan-akan dihadapkan pada didnding yang sangat tebal, sehingga tidak dapat menjangkau kebenaran yang telah Allah tampakkan di hadapan mereka yang pada akhirnya terpecahlah umat dengan membawa masing-masing pendapat. Ada yang peduli dan terus mencari, tapi ada yang tidak peduli karena hijab yang begitu tebal baik terhijab oleh ilmu, harta dan kedudukan mereka.

2.         Krisis Disintegrasi, karena perpecahan yang dibangun oleh sejarah serta adanya aksi-aksi kolonialisme yang datang dari pihak-pihak kafir yang ingin menguasai negeri-negeri ini mengakibatkan para pemimpin umatpun terpecah. Banyak ‘kerajaan-kerajaan’ kecil bermunculan berupa lembaga-lembaga Islam yang dibangun oleh para Ulama yang secara nyata terpecah akibat perbedaan mereka dalam menjalani Dienul Islam yang pada akhirnya terwarisi pada generasi-generasi berikut hingga kita saat ini. Tiap Golongan-golongan merasa benar dengan apa yang ada pada diri mereka.

3.          Krisis Ilmu. Kesimpangsiuran pemahaman ajaran Islam begitu jelas terlihat. Sebagian berpendapat bahwa ajaran Islam hanya pantas dipelajari oleh orang-orang khusus, artinya dari kalangan-kalangan pesantren. Ada pendapat lain bahwa jangan terlalu dalam mempelajari agama, yang akan mengakibatkan rusaknya mental dan dikucilkan di tengah-tengah masyarakat. Kebijakan Dienul Islam seakan-akan terbatas/sebatas yang dicontohkan oleh para Nabi hingga Nabi Muhammad dan para sahabat, sehingga manakala terjadi datangnya kebijakan-kebijakan berikutnya bila tidak ada catatan-catatan yang dicontohkan dalam masa-masa awal tumbuhnya Islam. Maka umat akan saling menuding satu sama lain, padahal kebijakan Islam tidak terbatas hingga akhir zaman kebijakan Dienul Islam berlaku untuk masa lalu, masa kini hingga masa yang akan datang.

4.          Krisis kepercayaan umat terhadap syari’at Islam. Dienul Islam adalah jalan keselamatan. Setiap kebijakannya akan senantasa membawa keselamatan baik di dunia hingga akhirat kelak. Umat Islam banyak yang berpendapat bahwa syari’at Islam adalah belenggu yang membatasi mereka. Dalam menjalani kehidupan di muka bumi. Bahkan ada yang berpendapat bahwa banyak ayat-ayat Allah yang sudah tidak sesuai dengan zaman. Sungguh suatu hal yang sangat memperihatinkan kebijakan-kebijakan Birokrasi Ilahiyyah yang dituangkan dalam Al-Quran dan Al-Hadits serta hikmah-hikmah dari orang-orang pilihan Allah telah banyak ditinggalkan. Padahal syari’at Islam adalah kebijakan global, tidak hanya mengatur masalah ritual peribadatan semata, tapi berbagai aspek kehidupan, karena Dienul Islam adalah solusi yang telah Allah turunkan untuk keselamatan umat manusia.

5.          Krisis ekonomi. Kesenjangan ekonomi serta status sosial mengakibatkan kecemburuan yang akhirnya memunculkan sikap saling berlomba untuk membangun status diri. Manakala terjadi kekecewaan akan menyulut api kedengkian yang akhirnya timbullah kajahatan, sikap anarkis, kebencian terhadap individu, golongan, agama, bahkan negara lain, sehingga Islam yang seharusnya menjadi solusi tidak timbulnya perdamaian di tengah manusia dipakai sebagai baju untuk melaksanakan kepentingan pribadi seseorang atau suatu golongan untuk melakukan teror, maka yang terjadi dendam dan kebencian begitu jelas dan dapat kita rasakan saat ini.

Allah telah menjawab pertanyaan yang timbul atas kebingunagan kita dalam melihat situasi seperti ini, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksaan yang berat”. (Ali Imran [3]: 105).

“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut Rasul itu) menjadikan agama mereka berpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu”. (Al-Mu‘minun [23]: 52-54)

Di sini jelas sekali perbedaan adalah sebuah ancaman dari Allah, umat bersikukuh dengan bunyi hadits bahwa perbedaan itu adalah rahmat. Akan tetapi pada kenyataannya pecah belah terus berlangsung. Akibat kesombongan manusia untuk tidak taat kepada Allah dan Rasul-Nya.

Penutup
Kepemimpinan dalam Islam dipandang sebagai amanah. Seorang pemimpin bangsa hakekatnya ia mengemban amanah Allah sekaligus amanah masyarakat. Amanah itu mengandung konsekwensi mengelola dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan harapan dan dan kebutuhan pemiliknya. Karenanya kepemimpinan bukanlah hak milik yang boleh dinikmati dengan cara sesuka hati orang yang memegangnya.

Oleh karena itu, Islam memandang tugas kepemimpinan dalam 2 tugas utama, yaitu menegakkan agama dan mengurus urusan dunia. Sebagaimana tercermin dalam do’a yang selalu dimunajatkan oleh setiap muslim: “Rabbanaa atinaa fid-dunyaa hasanah, wa fil-akhiroti hasanah” (Yaa Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat). Itulah 2 peran Khalifah dalam Islam, yang pertama bersifat Rasyidin (kebijakan vertical), dan kedua bersifat Mahdiyyin (kebijakan horisontal).

Hidup tidak pernah membatasi, tapi kita lah yang selalu membatasi hidup.
Ayat-ayat Allah tidak dibatasi oleh kitab-kitab suci atau pun Hadist,t etapi kita lah yang selalu membatasi ayat-ayat Allah. Tak ada Ilmu mengenal Allah sebaik Ilmu Rasa, maka belajarlah Ilmu Rasa (Tasawuf)!


Rabu, 24 November 2010

Hukum Bersurban



(Petikan Kitab Ad-Di'amah Fii Ahkaami Sunnatil 'Imaamah)
Dengan Nama Allah Yang Pengasih dan Penyayang. Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya.

Telah menyebutkan Pengarang kitab Muhadharah al-Awail (mengikuti perkataan Imam Jalaluddin as-Suyuthi) bahwa yang pertama kali melilitkan surban di kepalanya adalah Nabi Adam as dan Malaikat Jibril as  yang melilitkan surban di kepalanya sewaktu Nabi Adam baru keluar dari surga ke dunia. Saat berada di surga Beliau memakai mahkota.

Sesudah masa Beliau (Nabi Adam as) yang mengenakan surban adalah Dzulqarnain. Ia menggunakan mahkota (raja) sebelumnya. Sebabnya mengenakan surban adalah karena ia memiliki 2 tanduk  seperti kuku hewan yang bergerak-gerak. Maka Beliau menutupinya. Suatu ketika ia memasuki kamar mandi bersama sekretaris pribadinya dan ia meletakkan surban dari kepalanya (sehingga tampak kedua tanduknya); lalu berkata Dzulqarnain kepada sekretarisnya, 'Ini adalah sesuatu yang belum pernah tampak kepada siapapun selain kamu! Jika aku mendengar (rahasia ini) dari yang lain maka aku akan membunuhmu!'

Maka keluarlah sekretarisnya itu. Setelah itu ia dibayang-bayangi oleh rahasia yang akan membawanya kepada kematian. Ia pun pergi (untuk mengeluarkan rahasianya itu) ke padang pasir (yang sepi), lalu ia letakkan mulutnya ke tanah, dan mengatakan, 'Sesungguhnya Raja (Dzulqarnain) memiliki 2 tanduk!' 

Maka Allah SWT menumbuhkan dari setiap kalimatnya itu 2 batang bambu. Orang yang melihat (2 batang pohon di tengah padang pasir ini) merasa takjub, dan memotongnya, kemudian dijadikan seruling. Saat seruling itu ditiup maka terdengarlah suara berkumandang, 'Sesungguhnya Raja (Dzulqarnain) memiliki 2 tanduk!' Maka tersebarlah berita ini ke seluruh kota. Berkata Dzulqarnain, 'Ini sudah menjadi kehendak Allah!' (Kitab Awa-il as-Suyuthi)

Dalam Kitab Nihayah disebutkan bahwa kedudukan 'Imamah (surban) bagi bangsa Arab laksana mahkota (Tijan) bagi para Raja, karena kebanyakan manusia tidak menutupi kepalanya (dengan kopiah putih dan surban).
Ibnu Syaibah, Abu Daud, Ibnu Mani', Al-Baihaqi meriwayatkan hadits dari Ali Ra., 'Nabi Saw memakaikan surban di atas kepalaku pada hari Ghadir Khum, dan menguraikan ujungnya ke pundakku'. Dan Beliau berkata, 'Sesungguhnya aku ditolong sewaktu perang Badar dan Hunain oleh para malaikat yang bersurban'. Beliau juga bersabda, 'Sesungguhnya pemisah antara Kafir dan Iman adalah surban!' Dalam riwayat lain 'pemisah antara kaum muslimin dan kaum musyrikin'

Beliau bersabda, 'Umatku senantiasa dalam keadaan fitrah selama ia mengenakan surban'. (HR. Dailami)
Sabda Nabi Saw: 'shalat 2 raka'at dengan bersurban lebih utama 70 kali daripada tanpa surban'. (Musnad Firdaus)

Sabda Nabi Saw, 'Sesungguhnya para malaikat menyampaikan shalawat kepada orang-orang yang mengenakan surban di hari Jum'at'. (HR. Thabrani, Abu Nu'aim) Dalam riwayat lain disebutkan 'para malaikat memohonkan ampun bagi orang-orang yang mengenakan surban di hari Jum'at'.

Berkata Al-'Arif Billah Syamsuddin Al-Hanafi mengenai hadits, 'Bersurbanlah, agar membedakan kalian dengan umat sebelum kalian!' maknanya, 'Berbedalah kalian dengan orang sebelum kalian, karena mereka tidak mengEnakan surban!'

Firman Allah Ta'ala: Ya , jika kalian bersabar dan bertaqwa, dan mereka datang menyerang kalian dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kalian dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda (As-Suumatu). (Ali Imran: 125)  Para Mufassirin menyebutkan bahwa pengertian As-Suumatu (السومة) dengan dhommah huruf Sin (سُ) adalah Surban.

materi diambil dari artikel ustd. Luqmana Amir
dan ditulis ulang oleh asep darmawan,s.pd.i

Selasa, 16 November 2010



KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM
Kepemimpinan secara umum terbagi menjadi 2 (dua), yaitu;
1.     Kepemimpinan Insaniyyah
Kepemimpinan yang dibangun oleh umat manusia,  contoh : monarki, demokrasi tidak memiliki nilai  
Ilahiyyah.

2.   Kepemimpinan Ilahiyyah 
a. Dibangun oleh Alah SWT yang berdasarkan petunjuk-petunjuk ilahiyyah, sebagai pemilik kerajaan langit dan bumi berdasarkan; pertama, informasi ruhaniyyah (petunjuk-petunjuk) Ilahiyyah. Berbentuk wahyu yang disampaikan oleh malaikat jibril, yakni para Nabi  dan para Rasul. Berbentuk Ilham,  yakni para Ulama dan Mursyid
b. Berdasarkan Ijtihad (dalil-dalil, nash Al-Quran & Al-Hadits)

KEPEMIMPINAN ILAHIYYAH (BENTUK INFORMASI RUHANI)
A.    Proses Pemilihan
1.  Proses pemilihan melalui wahyu. Allah mengutus Jibril AS. (Ruhul Amin) untuk mengangkat manusia pilihan-Nya pada setiap umat.
                نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ اْلأَمِيْنِ
            Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin. (Q.S. Asy-Syu’ara [26]: 193)
2.  Proses pemilihan melalui ilham. Allah memberikan petunjuk lewat silsilah kepemimpinan yang muttashil (bersambung) kepada Rasulullah SAW, untuk memilih hamba yang dikehendaki-Nya.

B.    Sumber Kebijakan Ilahiyyah
  1. Sumber Kebijakan Para Nabi           : Al-Kitab, Suhuf dan Hikmah
  2. Sumber Kebijakan Al-’Ulama           : Al-Quran, Al-Hadits, Ijtihad dan Ilham
            KARAKTERISTIK PARA NABI DAN AL-ULAMA MENGIKUTI POLA KEBIJAKAN ALLAH
  1. Shiddiq, tepat dalam kebijakannya.
  2. Amanah dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
  3. Tabligh, menyampaikan seluruh kebijakan.
  4. Fathonah, cerdas dalam menerima dan menyampaikan Risalah.
  5. Syaja’ah, keberanian dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.
  6. Zuhud, dalam urusan dunia.
  7. Wara’, berhati-hati dalam bertindak
KEPEMIMPINAN IJTIHADIYAH
  1. Proses Pemilihan:   Media Musyawarah : Aklamasi, suara terbanyak
  1. Sumber Kebijakan: al quran, al hadits dan ijtihad
  2. Karakteristik: Sikap Ijtihad mencurahkan seluruh kemampuan untuk menghasilkan keputusan hukum.

E.                   STRUKTUR KEPEMIMPINAN ILAHIYYAH:
  1. Al-Quthbul Aqthab                1 orang
  2. Al-Imamaini                          2 orang
  3. Al-Awtad                              4 orang
  4. Quthbus Sab’ah                    7 orang
  5. Al-Abdal                               40 orang
  6. An-Nujaba’                            70 orang
  7. An-Nuqoba’                          300 orang
  8. Al-’Asho-ib                            500 orang
  9. Al-Mufarridun                         tak terhinggaa
Sumber: Tanwirul Qulub, hal: 414

dikutip dari Materi Presentase "kepemimpinan dalam Islam"
yang disampaikan oleh: syeikh Muhammad Fathurahman, M.Ag
pada kegiatan Pekan Qini Nasional 114. di Pontren Al-Idrisiyyah Tasikmalaya Jawa Barat

materi selengkapnya dapat di unduh / download dibawah ini
MS Power Point:disini
File WAV: http:disini