HIASI HIDUP DAN KEHIDUPAN KITA DENGAN AMAL ILMIAH DAN ILMU AMALIAH

Rabu, 23 Juni 2010

Manusia dan Harmoni Alam

Manusia dan Harmoni Alam

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Hasyr, [59]: 18)

Dalam ayat lainnya:

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S. Ar-Rum: 41).

Telah bertebaran kemungkaran di daratan, lautan maupun udara. Semuanya itu disebabkan oleh faham, karya manusia. Maka diciptakan bagi mereka musibah agar melalui musibah-musibah itu mereka dapat sebagian pelajaran akibat dari perbuatan mereka. Mudah-mudahan mereka kembali ke jalan Allah (bertobat).

Dalam rangkaian bahasa, ar-Ruju’ artinya at-Taubah. Jadi, ar-Ruju’ sama dengan at-Taubah yang berarti kembali. Kita tentu pernah pergi lalu kembali. Kembali dari mana? Dari fitrah. Selama ini kita melenceng dari fitrah dengan melakukan banyak kemungkaran, maka ada peluang atau kesempatan kita untuk kembali (taubat).

Ayat tadi, disepakati atau tidak, tentu berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Munculnya bencana alam, baik dalam bentuk fisik maupun dalam bentuk nilai-nilai, kesadaran moral, semuanya itu karena perbuatan manusia itu sendiri. Kalau pun tidak terlibat atau tidak termasuk dalam kategori fasad, yakni yang menyebabkan turunnya bencana tersebut, setidaknya akan mengalami ujung musibah itu dan bias musibah itu melanda semuanya.

Sekalipun tidak melakukan maksiat atau terbebas dari maksiat, tapi maksiat itu mengundang bencana bagi semua. Ibarat kita berada dalam satu perahu di bumi ini, kemudian ada seorang yang membocori perahu. Tentu, bukan orang yang membocori perahu itu saja yang tenggelam, tapi kita pun ikut tenggelam bersama-sama orang yang membocorkan perahu tersebut.

Imam al-Mawardi ketika menafsirkan Q.S. An-Naml: [27]: 48;

Dan adalah di kota itu* sembilan orang laki-laki yang membuat kerusakan di muka bumi, dan mereka tidak berbuat kebaikan.

(Menurut ahli tafsir yang dimaksud dengan kota ini ialah kota kaum Tsamud Yaitu kota Al Hijr).

mengungkapkan bahwa 5 perlakuan manusia pada masa dahulu yang berbuat kerusakan di muka bumi,

1. Mereka merusak dengan keingkaran, dan tidak melakukan kebaikan dengan keimanan;

2. Mereka merusak dengan kemungkaran, tapi tidak berbuat baik dengan hal yang ma’ruf;

3. Mereka merusak dengan kemaksiatan, tapi tidak berbuat baik dengan ketaatan;

4. Mereka berbuat kerusakan dengan membanyak-kan harta, tapi tidak berbuat kebaikan dengan meninggalkan kelakuan tersebut;

5. Mereka mengejar aurat wanita, tapi tidak menutupinya.

Alam dunia ini dalam bahasa pengetahuan merupakan theofani. Theo berarti Tuhan, Fani itu berarti penampakan atau perwujudan. Theofani artinya penampakan Tuhan (Tajaliyyat Ilahiyyah), penampakan Sifat-sifat dan Af’al (Perbuatan) Allah SWT, bukan Zat-Nya. Dalam bahasa pengetahuan alam ini disebut Cosmos, artinya tertib, teratur (the order). Pergantian malam siang terjadi dengan keteraturan. Waktu berjalan sesuai peredaran alam.

‘Dan matahari berjalan pada poros (tempat peredaran)nya. Demikianlah ketetapan (takdir) Yang Perkasa lagi mengetahui.” Q.S. Yasin, [36]: 38

“Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah (posisinya), sehingga (setelah Dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tanduk”. Q.S. Yasin, [36]:39

“Tidaklah mungkin bagi matahari balapan dengan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. dan masing-masing beredar pada garis edarnya sambil bertasbih (kepada Allah)". Q.S. Yasin [36]: 40

Demikianlah alam itu sebagai Tajalliyat, (the order). Keteraturan ini dalam bahasa pengetahuan disebut dengan hukum alam. Ada pergantian musim, 2 musim atau musim, semuanya ada waktunya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar