HIASI HIDUP DAN KEHIDUPAN KITA DENGAN AMAL ILMIAH DAN ILMU AMALIAH

Minggu, 22 Mei 2011

perbedaan pandangan mengenai kedudukan hukum shalat sunnah ba'da 'ashar


Sholat Sunat Ba’da ‘Ashar


1.   Kesepakatan Ulama tentang 3 Waktu yang dilarang melakukan sholat

اِتَّفَقَ الْعُلَمَاء عَلَى اَنَّ ثَلاَثَةً مِنَ الأَوْقَاتِ مَنْهِيٌّ عَنِ الصَّلاَةِ فِيْهَا وَهِيَ وَقْتُ طُلُوْعِ الشَّمْسِ وَوَقْتُ غُرُوْبِهَا وَمِنْ لَدُنْ تُصَلَّى صَلاَةُ الصُّبْحِ .
Telah sepakat para Ulama bahwasanya ada 3 (tiga) waktu yang dilarang untuk mengerjakan sholat di dalamnya, yakni waktu terbit dan tenggelamnya matahari, dan setelah menunaikan sholat Shubuh. (Bidayatul Mujtahid)
2.   Perselisihan Ulama tentang Sholat ba’da ‘Ashar
Dalam kitab Bidayatul Mujtahid, kitab fiqih karangan Ibnu Rusyd, jilid I hal 73-74 disebutkan:
وَاَمَّا اِخْتَلاَفُهُمْ فِى الصَّلاَةِ بَعْدَ صَلاَةِ الْعَصْرِ فَسَبَبُهُ تَعَارُضُ الأٰثَارِ الثَّابِتَةِ فِى ذٰلِكَ . وَذٰلِكَ اَنَّ فِيْ ذٰلِكَ حَدِيْثَيْنِ مُتُعُارِضَيْنِ: اَحَدُهُمَا حَدِيْثُ اَبِيْ هُرَيْرَةَ الْمُتَّفَقُ عَلىٰ صِحَّتِهِ " اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهٰى عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتّٰى تَغْرُبَ الشَّمْسُ وَعَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتّٰى تَطْلُعَ الشَّمْسُ " وَالثَّانِى حَدِيْثُ عَائِشَةَ قَالَتْ " مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَتَيْنِ فِيْ بَيْتِيْ قَطُّ سِرًّا وَلاَ عَلاَنِيَةً رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ". فَمَنْ رَجَّحَ حَدِيْثُ اَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ بِالْمَنْعِ وَمَنْ رَجَّحَ حَدِيْثَ عَائِشَةَ اَوْ رَآٰهُ نَاسِخًا لِأَنَّهُ الْعَمَلُ الَّذِىْ مَاتَ عَلَيْهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بِالْجَوَازِ .{بداية المجتهج}
Adapun perselisihan pendapat para Ulama mengenai sholat adalah masalah sholat sunat ba’da ‘Ashar, hal ini disebabkan adanya pertentangan antara 2 dasar hadits yang kuat. Di antara keduanya adalah hadits Abu Hurairah yang telah disepakati Ulama Hadits mengenai keshahihannya, bahwasanya Rasulullah SAW melarang mengerjakan shalat ba’da ‘Ashar hingga tenggelamnya matahari dan sholat sesudah shubuh hingga terbit matahari. Yang kedua, hadits dari ‘Aisyah Ra. yang menyatakan bahwasanya ‘Tidaklah Rasulullah SAW meninggalkan 2 macam sholat di dalam rumahku, baik tersembunyi (tidak terlihat) maupun terang terangan (terlihat), yaitu 2 raka’at sebelum shalat Fajar (Shubuh) dan 2 raka’at sesudah ‘Ashar. Maka para Ulama yang menyandarkan pada hadits Abu Hurairah berkata bahwa (shalat ba’da ‘ashar) itu dilarang, sedangkan yang menyandarkan pada hadits ‘Aisyah atau memandangnya sebagai nasikh (penghapus hukum hadits Abu Hurairah itu) dengan sebab (hadits ini menjelaskan) amaliyah Nabi Saw. hingga Beliau wafat, maka dia berpendapat (shalat ba’da Ashar) itu boleh (diysari’atkan).


3. Kekhawatiran Umar Ra. terhadap orang yang melakukan sholat sunnah ba’da ‘Ashar
Umar Ra. adalah sosok yang paling keras menentang orang-orang yang melaksanakan shalat sunah ba’da ‘Ashar. Namun sesungguhnya kekhawatirannya itu dikarenakan agar orang-orang tidak jatuh pada larangan Rasulullah SAW, yaitu melaksanakan shalat di saat matahari tenggelam.
Di antara sahabat yang pernah melaksanakan shalat ba’da ‘Ashar bersama Rasulullah SAW  adalah Tamim ad-Dari dan Zaid bin Khalid Ra. Riwayat shahih mengisahkan:
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ خَرَجَ عُمَرُ عَلىَ النَّاسِ فَضَرَبَهُمْ عَلىَ السَّجْدَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ حَتّٰى يَأْمُرَ بِتَمِيْمٍ الدَّارِى فَقَالَ لاَ اَدَعُهُمَا صَلَّيْتُهُمَا مَعَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِّنْكَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عُمَرُ اِنَّ النَّاسَ لَوْ كَانُوْا كَهَيْئَتِكَ لَمْ اُبَالِ{رواه أحمد}
Diriwayatkan dari ‘Urwah bin Zubair, dia berkata: “Umar keluar menuju orang-orang yang melakukan shalat 2 raka’at ba’da ‘Ashar lalu memukulnya, hingga ia menyuruh Tamim ad Dari’. Maka Tamim ad Dari berkata: ‘Aku tidak akan meninggalkannya (dua raka’at), karena aku telah mengerjakannya bersama orang yang lebih baik dari engkau, yakni Rasulullah SAW’. Lalu Umar berkata: ‘Jika orang-orang berpendirian sepertimu, aku tidak peduli’. (HR. Ahmad)
وَقَدْ رَوَاهُ الطَّبْرَانِى وَرِجَالُهُ رِجَالُ الصَّحِيْحِ فِى الْكَبِيْرِ وَاْلأَوْسَطِ عَنْ عُرْوَةَ قَالَ اَخْبَرَنِيْ تَمِيْمٌ الدَّارِى اَوْ اَخْبَرْتُ اَنَّ تَمِيْمًا الدَّارِى رَكَعَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ نَهْيِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ عَنِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْعَصْرِ فَأَتَاهُ عُمَرُ فَضَرَبَهُ بِالدُّرَّةِ فَأَشَارَ اِلَيْهِ تَمِيْمٌ اَنْ اِجْلِسْ وَهُوَ فِيْ صَلاَتِهِ فَجَلَسَ عُمَرُ حَتّٰى فَرَغَ تَمِيْمٌ مِنْ صَلاَتِهِ فَقَالَ لِعُمَرَ لِمَ ضَرَبْتَنِى قَالَ ِلأَنَّكَ رَكَعْتَ هَاتَيْنِ الرَّكْعَتَيْنِ وَقَدْ نَهَيْتُ عَنْهُمَا قَالَ اِنِّى قَدْ صَلَّيْتُهُمَا مَعَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنْكَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عُمَرُ اِنَّهُ لَيْسَ بِيْ اَنْتُمْ اَيُّهَا الرَّهْطُ وَلٰكِنِّى اَخَافُ اَنْ يَأْتِيَ بَعْدِيْ قَوْمٌ يُصَلُّوْنَ مَا بَيْنَ الْعَصْرِ اِلَى الْمَغْرِبِ حَتّٰى يَمُرُّوْا بِالسَّاعَةِ الَّتِيْ نَهٰى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنْ يُصَلَّي فِيْهَا حَتْمًا وَصَلُّوْا مَا بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ
Diriwayatkan oleh Imam Thabrani (orang-orang yang meriwayatkannya adalah shahih) di dalam kitabnya Mu’jam al Kabir dan Mu’jam al Awsath-nya; dari ‘Urwah, ia berkata: ‘mengabarkan kepadaku Tamim ad-Dari atau aku mengabarkan bahwasanya Tamim ad-Dari ruku’ (shalat) dua raka’at sesudah adanya larangan Sayidina Umar bin Khathab mengenai shalat ba’da ‘ashar. Maka datanglah Umar memukulnya dengan pecut sambil mengisyaratkannya untuk duduk sedang ia (Tamim ad-Dari) dalam keadaan shalat. Umar duduk di dekatnya setelah Tamim menyelesaikan shalatnya. Tamim berkata: ‘mengapa engkau memukulku?’ ‘Karena engkau melakukan shalat 2 raka’at dan aku sungguh-sungguh melarangnnya!’ jawab Umar. Tamim berkata: ‘sesungguhnya aku dahulu pernah melakukannya bersama seseorang yang lebih baik darimu, yakni Rasulullah SAW. Berkata Umar: ‘Sesungguhnya bukannya aku menyalahkanmu wahai kaum, karena aku khawatir di suatu saat nanti sesudahku ada yang melakukan shalat antara ‘ashar dan maghrib hingga mereka melewati waktu yang telah dilarang oleh Rasulullah SAW untuk mengerjakannya (menjelang tenggelamnya matahari) sehingga menjadikannya sebagai perintah (kewajiban), maka lakukanlah shalat antara zhuhur dan ‘ashar!’
وَعَنْ زَيْدِبْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيْ أَنَّه رَآٰهُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَهُوَ خَلِيْفَةٌ رَكَعَ بَعْدَ الْعَصْرِ رَكْعَتَيْنِ فَمَشٰى إِلَيْهِ فَضَرَبَهُ بِالدُّرَّةِ وَهُوَ يُصَلِّيَ كَمَا هُوَ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ زَيْدُ يَاأَمِيْرَ الْمُؤْمِنِيْنَ فَوَاللهِ لاَ أَدْعُهُمَا أَبَدًا بَعْدَ إِذْ رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّيْهِمَا قَالَ فَجَلَسَ عُمَرُ إِلَيْهِ وَقَالَ يَا زَيْدُ بْنِ خَالِدٍ لَوْلاَ أَنِّيْ أَخْشى أَنْ يَّتَّخِذَهَا النَّاسُ سَلِمًا إِلىَ الصَّلاَةِ حَتىّٰ اللَّيْلِ لَمْ أَضْرِبْ فِيْهِمَا {رواه أحمدوالطبراني في الكبير وإسناده حسن}
Diriwayatkan juga dari Zaid bin Khalid al-Juhani bahwasanya ia menyaksikan Umar bin Khathab pada masa ia menjadi khalifah mellihat orang yang sedang ruku’ (shalat) sesudah shalat ‘Ashar. Maka ia menghampiri dan memukulnya dengan pelepah kurma sedang orang tersebut sedang dalam keadaan shalat. Ketika Umar selesai shalat Zaid berkata: ‘Wahai Amirul Mukminin, demi Allah aku tidak akan meninggalkan shalat ini (ba’da ‘ashar) selamanya setelah aku menyaksikan Rasulullah SAW mengerjakannya. Maka duduklah Sayidina Umar di dekatnya dan berkata: ‘Wahai Zaid bin Khalid, jika bukan karena aku takut jika hal itu menyebabkan orang-orang akan melakukan shalat (dari waktu ‘ashar) sampai malam hari (bersambung), niscaya aku tidak akan memukul orang-orang yang mengerjakan shalat ba’da ‘ashar. (HR. Ahmad, Thabrani dan sanadnya hasan)

4. Shalat ba’da ‘Ashar dilakukan di awal waktu
Salah satu syarat dilakukan shalat ba’da ‘Ashar adalah di awal waktu, di saat posisi matahari masih tinggi, jauh dari waktu maghrib.
عَنْ عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ تُصَلُّوْا بَعْدَ الْعَصْرِ اِلاَّ اَنْ تُصَلُّوْا وَالشَّمْسُ مُرْتَفِعَةٌ. {صحيح ابن حبان ٤: ٤۱٤}
Diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib dari Nabi SAW bahwasanya beliau bersabda: ‘Janganlah kalian melakukan shalat ba’da ‘Ashar, kecuali dilakukan pada waktu matahari sedang tinggi (tidak mendekati maghrib)’. (HR. Ibnu Hibban)
Berdasarkan riwayat ini berarti Sayidina Ali Ra. juga memperkenankan shalat sunat  ba’da ‘Ashar, dan tidak diperbolehkan melakukannya di akhir waktu.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا تَرَكَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ عِنْدِيْ قَطُّ
Sayyidah ‘Aisyah telah berkata :” Rasulullah Saw. Tidak pernah meninggalkan shalat dua raka’at setelah shalat Ashar sama sekali pada waktu bersama saya “.
وَحَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ ح  وَحَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ وَاللَّفْظُ لَهُ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ أَخْبَرَنَا أَبُوْ إِسْحَاقَ الشَّيْبَانِيُّ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ الأَسْوَدِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ صَلاَتَانِ مَا تَرَكَهُمَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِى بَيْتِيْ قَطُّ سِرًّا وَلاَ عَلاَنِيَةً رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعَصْرِ
Sayyidah Aisyah telah berkata: ”Dua shalat Rasulullah Saw. tak pernah meninggalkannya sama sekali pada saat di rumahku baik secara tersembunyi ataupun terang-terangan yaitu dua raka’at sebelum fajar (shalat Shubuh) dan dua raka’at setelah shalat ashar “.
وَحَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ وَأَبُوْ كُرَيْبٍ جَمِيْعًا عَنْ إِبْنِ فُضَيْلٍ قَالَ أَبُوْ بَكْرٍ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ مُخْتَارِ بْنِ فُلْفُلٍ قَالَ سَأَلْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ عَنِ التَّطَوُّعِ بَعْدَ الْعَصْرِ فَقَالَ كَانَ عُمَرُ يَضْرِبُ الآَيْدِي عَلَى صَلاَةٍ بَعْدَ الْعَصْرِ وَكُنَّا نُصَلَّى عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوْبِ الشَّمْسِ قَبْلَ صَلاَةِ الْمَغْرِبِ فَقُلْتُ لَهُ أَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلاَّهُمَا قَالَ كَانَ يَرَانَا نُصَلَّيْهِمَا فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَنَا
Mukhtar bin Fulful berkata: ”Saya bertanya kepada Anas bin Malik tentang shalat sunnah setelah shalat ashar, maka Anas bin Malik menjawab: Umar r.a. memukul tanganku karena telah melakukan shalat setelah shalat Ashar padahal pada zaman Nabi Muhammad Saw. Kami melakukan shalat dua raka’at setelah tenggelamnya matahari (namun) sebelum shalat Maghrib. Saya (Mukhtar bin Fulful) bertanya kepadanya (Anas r.a.): ”Apakah Rasulullah Saw. Melakukannya?“, Anas menjawab Beliau melihat kami sedang melakukannya (Dua raka’at ) namun Beliau tidak memerintahkan dan juga tidak melarangnya “. (Shahih Muslim Juz 6 Hal. 122)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar